detik9news.com – Bongkar ratoon tebu tahun 2025 besaran dana negara Rp1,6 triliun dalam program secara nasional, sementara pemerintah provinsi di Jawa Timur mendapat alokasi dan besarnya Rp 700 milyar. Program negara ini sudah cair dan siap dimanfaatkan oleh para petani tebu di 26 kabupaten di Jawa Timur untuk membantu peremajaan tanam tebu yang tidak produktif, dengan tujuan pemerintah memperkuat ketahanan pangan nasional.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Jawa Timur Haji Suigsan memaparkan, rincian bantuan pemerintah sesuai dengan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) Direktorat Perkebunan anggaran tahun 2025 dan perubahan volume per hektar bantuan sebagai berikut;
– Bongkar ratoon untuk benih sebanyak 60.000 mata tunas per hektar dengan rincian 12.000 mata tunas berasal dari anggaran refocusing, 48.000 mata tunas berasal dari Anggaran Belanja Tambahan (ABT).
– Bantuan biaya bongkar ratoon pengelolaan dan penanaman sebanyak 40 Hari Orang Kerja (HOK) berasal dari ABT.
“Benih bongkar ratoon sebanyak 60.000 itu bila dirinci 12.000 berasal dana refocusing dan 48.000 mata tunas berasal ABT,” kata Suigsan yang juga sebagai Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Lumajang periode 2025 – 2030. Minggu (05/10/2025).
Suigsan menjelaskan di Kabupaten Lumajang anggaran bongkar ratoon mendapat jatah dengan luasan 2.500 hektar, dalam satu hektar mendapatkan dana Rp 4.000.000 atau total anggaran itu mencapai Rp 10.000.000.000. Progam tersebut menjadi penyemangat petani untuk meningkatkan produksi juga mempercepat terwujudnya swasembada pangan yang jadi nawa cita Presiden Prabowo salah satunya berupa gula.
Alur regulasi yang jadi ketentuan bagi penerima manfaat bongkar ratoon itu tentunya memerlukan waktu tidak singkat, selain telah tercatat di kelompok tani, kepastian kepemilikan lahan, luasan lahan dan beberapa persyaratan lain yang sudah menjadi ketentuan pemerintah. Mengutip keterangan dari Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Lumajang Retno Wulan Andari dalam pertemuan yang digelar di aula GSW PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) Pabrik Gula (PG) Djatiroto beberapa hari yang lalu bahwa pengajuan bongkar ratoon yang sudah diterima jumlah luas lahan 140 hektar masih jauh dari kouta yang diberikan ke petani tebu Lumajang.
“Masalah petani tebu untuk mendapat program itu, pertama belum ada persamaan pendapat, terlambat menyampaikan sehingga keterlambatan ini akan membuat pekerjaan ini bertambah panjang sedangkan waktunya sudah masuk ke bulan sebelas dua belas yang paling tepat di bulan ke empat dan ke lima. Bila dipaksakan umur tebu tidak akan mencapai kematangan untuk mencapai redemen yang baik,” ucap Suigsan.
Dalam kesempatan yang sama Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) APTRI Lumajang Haji Didik Purwanto menyampaikan bongkar ratoon diharapkan berkesinambungan sebab tahun ini waktunya sangat tidak memungkinkan bisa menyerap anggaran sebanyak itu, dan juga yang perlu dipahami kehati-hatian para pejabat yang berwenang mulai dari kabupaten hingga pusat.
“Lumajang yang targetnya bongkar ratoon 2.500 hektar sulit dicapai, bisa menyerap 10 persen sampai 20 persen itu Alhamdulillah sudah bangus, jika pun di paksa akan terkendala pengadaan bibit bila harus yang bersertifikasi,” pungkasnya. (Efendi)
