
detik9news.com – Meningkatkan kemampuan kompetensi dari para pekerja profesi dibidang layanan kesehatan (perawat) maka dengan digelarnya Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS) oleh Medical and Nursing Training (MNT) bekerja sama dengan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(PPNI) Kabupaten Lumajang Jawa Timur melaksanakan pelatihan sangat memberikan banyak manfaat dalam menjalankan tugasnya.
Pentingnya kegiatan tersebut dipahami oleh para perawat karena profesinya akan dihadapkan dengan penanganan mengenai kegawatdaruratan trauma, henti jantung, manajemen jalan napas, resusitasi jantung paru (RJP), hingga penanganan korban multiple trauma. Itulah pentingnya diikuti kegiatan BTCLS.
Bahwa kegiatan ini memberikan penguatan bekal bagi para pelaku profesi kesehatan, dengan metode pembelajaran yang interaktif, peserta berkesempatan berlatih langsung mulai dari pemasangan bidai, penggunaan AED, hingga simulasi kode blue bird yang mendekati kondisi nyata.
Pelatihan ini diikuti oleh 118 perawat fresh graduate dari Prodi D3 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Jember Kampus Lumajang dan 2 peserta dari fasilitas pelayanan kesehatan (faskes).
Pelatihan yang berlangsung dari tanggal 08 sampai dengan 14 September 2025 Aula SMK Muhammadiyah Jalan Letkol Slamet Kabupaten Lumajang Jawa Timur, dilaksanakan secara hybrid, yakni tanggal 08-10 September dilakukan secara daring dan pada tanggal 12-14 September secara luring.
Penanggung jawab kegiatan sekaligus dosen Fakultas Keperawatan Universitas Brawijaya Malang Tony Suharsono, M. Kep., menyampaikan peserta yang mengikuti pelatihan diharapkan mampu memberikan pertolongan korban yang mengalami kecelakaan dari berbagai sebab, maupun pada korban yang mengalami henti jantung.
“Dua menteri ini yang harus benar-benar dipahami oleh seluruh peserta karna tugasnya akan dihadapkan dengan permasalahan itu.” Ucap Suharsono kepada Efendi wartawan detik9news.com.
Dalam kegiatan yang digelar selain materi juga praktek ditemukan para peserta belum mampu mengambil keputusan intervensi dengan tepat terhadap langkah penanganan pasien, dengan simulasi real dengan praktek kepada contoh korban dari peserta yang di hias seperti kecelakaan dengan bagian tubuh yang luka diharapkan mereka paham dari materi yang disajikan.
Karena selain itu para peserta untuk membuktikan telah mengikuti kegiatan BTCLS diberikan sertifikat yang harus bisa dipertanggungjawabkan atas kemampuan dalam penanganan kegawatdaruratan sesuai materi yang pernah diikuti.
Dalam kesempatan yang sama Ketua Himpunan Perawat Kegawatdaruratan Dan Bencana Indonesia (HIPGABI) Jawa Timur Dr. Sriyono, S.Kep.Ns., M.Kep.Sp.Kep.M.B., menjelaskan kegiatan ini sudah sesuai dengan standard Kementerian Kesehatan dalam materi pembelajaran kepada peserta. Para pembimbing yang terlibat melakukan evaluasi seluruh peserta agar pengetahuan juga keterampilan dalam penanganan kegawatdaruratan dipahami.
Penanganan kegawatdaruratan merupakan kompetisi yang wajib dikuasai, karna mereka berkontribusi dalam penanganan kegawatdaruratan maupun terkait dengan kebencanaan. “Tujuan kompetensi dapat dikuasai dan yang kami lakukan sesuai dengan standard yang atur oleh mutu Kementerian Kesehatan,” harapan Sriyono.
Menanggapi masukan dari salah satu peserta pelatihan soal ilmu dibidang kesehatan yang terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi perlu dilakukan kegiatan yang mengupdate perkembangan kesehatan. Bila berkiblat American Heart Association (AHA) selalu memperbaharui dalam waktu lima tahun dari perkembangan kesehatan yang dilakukan penelitian.
“Memang betul yang disampaikan oleh peserta terkait pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang kesehatan memang selalu berkembang yang perlu di update,” ujar Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya (Unair).
Pihaknya berharap seluruh perawat yang telah melayani masyarakat di daerah-daerah dapat menambah wawasan pengetahuan sehingga dapat melayani pasien tebih baik dengan penambahan ilmu dan pengalaman baru.
“Semestinya semua perawat yang ada saat ini yang bertugas di daerah-daerah harusnya mengikuti supaya mereka mempunyai kompetensi standar, karena mereka masih mengunakan pedoman lama AHA,” pungkasnya. (Efendi)